Penjelasan Brand Rabbani soal Tudingan Pelecehan Seks yang tengah ramai di berbagai media sosial, ini beberapa tanggapan dari Direktur Marketing Rabbani Ridwanul Karim
Penjelasan Brand Rabbani soal Tudingan Salahkan Korban Pelecehan Seks
Bandung – Brand hijab dan busana muslim Rabbani sedang menjadi sorotan publik. Sebab Rabbani membuat konten tentang cara berbusana wanita yang menjadi penyebab terjadinya pelecehan seksual.
Konten Rabbani yang menjadi kontroversi itu diunggah di akun Instagram mereka. Dalam unggahan itu ada kata-kata yang menyebutkan posisi wanita yang berpakaian terbuka itu bodoh dan mengundang pria untuk berpikiran buruk.
Sontak, konten yang dibuat brand asal Bandung ini mendapat kritikan dari berbagai pihak seperti komunitas pegiat perempuan. Apa kata pihak Rabbani soal konten tersebut?
Direktur Marketing Rabbani Ridwanul Karim mengatakan, dalam sebuah konten pemasaran yang dibuat oleh Rabbani tidak melulu bicara soal produk, namun juga menyelipkan unsur edukasi yang memiliki nilai manfaat dan dakwah.
Untuk konten yang sedang ramai menjadi perbincangan di Instagram tersebut, merupakan jenis konten edukasi yang memang sering dibuat.
“Itu postingan di IG (instagram) kita, itu bervariatif ada yang sifatnya edukasi, kajian dan memang produk.
Kalau postingan ini masuknya ke postingan edukasi, makanya bentuknya pertanyaan kan,” kata Karim saat dikonfirmasi detikJabar di Trans Luxury Hotel Bandung, Jumat (30/12/2022).
Baca News: Kewajiban Menuntut Ilmu
Karim pun menjabarkan alasan Rabbani membuat konten yang menyinggung soal pakaian perempuan dan pelecehan seksual. “Dalam hadits Rasul itu ketika Umar dibangkitkan dengan pakaian yang amat panjang menjuntai, ditanyakan lah kenapa panjang, karena amal perbuatannya banyak,” jelasnya.
“Ketika amal perbuatannya itu banyak buruknya, maka semakin pendek lah bajunya. Makanya kita bikin edukasi dan itu pun kita sebetulnya nggak tendensius menyerang perempuan atau laki-laki,” sambung dia.
Soal konten yang dibuat dan mendapat banyak kritikan, Karim menuturkan jika konten itu adalah sebuah pertanyaan untuk publik mengenai maraknya kekerasan seksual hingga yang berawal dari niat buruk pria seorang pria.
“Kan pertanyaan itu, ketika perempuan datang ke suatu tempat dengan berpakaian tidak layak, apakah ketika ada laki-laki misalnya yang otaknya mesum atau kemana-mana, yang salah itu laki-lakinya atau perempuannya yang ‘bodoh’ kan gitu. Kita pertanyaan,” papar Karim.
Menyoal kata ‘bodoh’ di dalam konten Rabbani, Karim menuturkan jika bodoh yang dimaksud bukan soal pikiran. Melainkan bodoh yang dicantolkan dalam konten itu adalah soal akhlak dan akidah dalam ajaran Islam.
“Perspektif bodoh di kita ini kan kita basic-nya busana muslim, bodoh berarti bukan 1+1=4 bukan begitu, bodoh dalam artian dari sisi agama kita agama islam yang dianut kita,” ujarnya.
Karim menyebut konten tersebut memang sebuah perumpamaan yang siapapun berhak beropini untuk menanggapinya. Karim tidak mempersoalkan pihak-pihak yang mengkritik konten dari Rabbani itu
“Jadi kita hanya perumpamaan aja. Justru kita melempar pertanyaan itu biar semuanya beropini, silahkan jawab dengan opini dan ketika tidak setuju mangga, ketika setuju ya silahkan,” kata Karim.
Meski begitu, ia juga menyampaikan permohonan maaf jika kalimat ‘bodoh’ pada konten Rabbani itu banyak salah diartikan hingga menimbulkan ketidakpercayaan.
“Kita anggap itu nggak masalah mangga, karena itu sifatnya pertanyaan dan bukan soal ilmu pasti yang bisa dijawab dengan berbagai perspektif jawaban.
Yang bikin ramai saya juga nggak ngerti juga, kalau memang dari kata bodohnya mohon maaf juga sih dari kita kalau memang diartikan bodoh disini ya tadi,” tutup Karim.
(bba/iqk)
Baca: Penjelasan Brand Rabbani soal Tudingan Salahkan Korban Pelecehan Seks